Cerita Dewasa: Diperkosa Teman Sekantor

blogger templates
Aku dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan, semua permintaanku selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Aku sangat di manja oleh mereka. Ayahku berasal dari negeri Belanda sedangkan ibuku berasal dari Menado.
Saat ini usiaku 25 tahun, wajahku cantik dan kulitku putih mulus, rambutku lurus dan panjang, tubuhku tinggi dan langsing dengan ukuran buah dada yang termasuk besar untuk ukuran gadis seusiaku, ditambah lagi aku rajin merawat tubuhku untuk menjaga penampilanku.

"Aku belum potong rambut nih" gumamku di depan cermin.
Hari ini aku memakai rok coklat dan kemeja putih berkerah kupadukan dengan blazer coklat muda. Aku merasa tampil makin cantik dan percaya diri dengan pakaian kesayanganku ini.

Singkat cerita aku telah sampai di kota tempatku bekerja. Aku langsung menuju kantor karena aku harus segera menyelesaikan pekerjaan. Sesampai di depan kantor, suasananya terlihat sepi di lobby kantor hanya terlihat dua orang satpam yang sedang bertugas.

Dari kedua satpam tersebut aku tahu bahwa seluruh karyawan sedang ada pelatihan di gedung sebelah. Dan katanya aku ditunggu oleh Pak Bobby di ruangannya di lantai dua. Pak Bobby adalah pimpinan kantor cabang di kota ini.

"Selamat siang kamu Melinda kan" sambut Pak Bobby ramah sambil mempersilakan aku duduk.
"Iya Pak Tapi saya biasa di panggil Linda" jawabku sopan.
Pak Bobby kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku sambil sesekali menanyakan keadaan para pegawai di kantor pusat.

Cukup lama aku berbicara dengan Pak Bobby hampir 15 menit, padahal sebenarnya aku harus ke gedung sebelah untuk mengikuti diklat, tapi dia terus menahanku dengan mengajakku berbicara. Sebenarnya aku sedikit risih dengan caranya memandangku, mulutnya memang mengajukan pertanyaan tapi matanya terus memandangi tubuhku, tatapannya seperti hendak menelanjangiku.

Dia memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala, sesekali matanya tertuju ke paha dan buah dadaku. Aku menyesal hari ini mengenakan rok pendek, pahaku yang putih jadi sulit kusembunyikan.
"Dasar mata keranjang" sungutku dalam hati.

Tak berapa lama, kami selesai dan Pak Bobby mempersilakanku untuk mengikuti diklat.
"Terima kasih Pak Saya permisi dulu" jawabku sambil beranjak ke arah pintu.
Perasaanku langsung lega karena dari tadi aku sangat risih dengan pandangan matanya. Dia membukakan pintu untukku aku pun berterima kasih sambil berjalan melewati pintu tersebut.

Tapi aku kaget bukan kepalang saat tiba-tiba rambutku dijambak oleh Pak Bobby sehingga aku kembali tertarik masuk ke ruangan itu, lalu dia mendorongku sehingga aku jatuh terjerembab di atas sofa.
"Apa yang Bapak lakukan, Mau apa Bapak" jeritku sambil memegangi kepalaku yang sakit.

Pak Bobby tidak menjawab dia menutup pintu dan mendekatiku. Sedetik kemudian dia mendekap dan menggumuliku, Dia berusaha menciumi bibirku.
"Jangan, lepaskan saya" jeritku sambil memalingkan wajahku menghindari ciumannya.
"Diam" bentaknya sambil mempererat pelukannya pada tubuhku.

Aku terus meronta berusaha melepaskan diri, tapi Pak Bobby terus menghimpitku dengan erat, nafasku sampai tersengal-sengal. Kemudian dia mengangkat tubuhku, menggendongku sambil tetap mendekap pinggangku lalu dia menjatuhkan dirinya dan menindih tubuhku di atas sofa.

Aku terus menjerit dan meronta berusaha keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku berhasil menendang perutnya hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang. Dia terhenyak sambil memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu.

Aku hampir sampai di pintu keluar tapi Pak Bobby berhasil menggapai blazerku dan menariknya hingga lepas, sesaat kemudian aku sudah berada di dalam dekapannya kembali.
"Bajingann lepaskan saya" jeritku sambil memakinya.

Tenagaku sudah hampir habis dan suaraku pun sudah mulai parau, Pak Bobby masih terus memelukku dari belakang sambil mulutnya berusaha menciumi leher dan tengkukku, sementara tangannya menelikung kedua tanganku membuat tanganku terhimpit dan tidak dapat bergerak .
"Jangann, biadab lepaskan saya" aku kembali menjerit.

Air mataku meleleh membasahi pipiku saat tangan Pak Bobby membetot keras kemeja putihku membuat seluruh kancingnya terlepas, sekarang tubuh bagian atasku menjadi setengah terbuka, matanya melotot melihat buah dadaku yang masih terlindung di balik bra hitamku.

Kemudian dia menarik kemeja putihku sampai terlepas dari tubuhku.
"Lepasskann" jeritku saat satu tangannya mulai bergerak meremasi sebelah payudaraku.
Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tapi dia tidak berhenti, tangannya malah semakin keras meremas buah dadaku.

Seluruh tubuhku bergetar keras saat Pak Bobby menyusupkan tangannya ke balik bra hitamku dan mulai kembali meremas payudaraku dengan kasar sambil sesekali menjepit dan mempermainkan puting buah dadaku, sementara mulutnya terus menjilati leherku dengan buas.

Saat Pak Bobby akan menarik bra yang kukenakan, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan muncul seorang laki-laki dengan wajah yang tampak kaget.
"Ada apa nih Pak Bobby" serunya sambil memandangi tubuhku.
"Tolong saya, dia mau memperkosa saya" jeritku memohon pertolongan dari orang itu.

Perasaanku sedikit lega saat laki-laki itu muncul. Tapi perkiraanku salah.
"Wah Pak Ada barang baru lagi nih, cantik juga" seru laki-laki itu sambil berjalan mendekati kami.
Aku langsung lemas mendengar perkatanya ternyata dia sama bejatnya.
"Ada pesta kecil. Cepat Han lu pegangi, cewek ini binal banget" jawab Pak Bobby sambil tetap mendekap tubuhku yang masih terus berusaha meronta.

Kemudian laki-laki itu sudah berada di depanku, tangannya langsung merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Aku benar-benar tidak dapat bergerak terhimpit oleh laki-laki itu dan Pak Bobby yang berada di belakangku. Lalu tangannya bergerak ke arah bra ku dan dengan sekali sentak dia berhasil merenggut bra itu dari tubuhku.
"Tidak Tidakkkkkkk jangan lakukan" jeritku panik.

Tangisku meledak, aku gemetar ketakutan saat laki-laki yang ternyata bernama Burhan itu melangkah ke belakang sedikit menjauhiku, dia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah terbuka.
"Sempurna besar dan padat" gumamnya.

Setelah itu dia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku, sementara tangannya langsung meremasi buah dadaku dengan kasar. Suara tangisanku terhenti saat mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur di dalam mulutku berusaha menggapai lidahku.

Kemudian tangannya menyusup ke balik rokku, aku langsung tersentak saat tangannya meraba vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong Pak Burhan.
"Tidakkk, lepaskan saya, bajingan kalian" aku menjerit sambil menendangkan kakiku berusaha menjauhkan laki-laki itu dari tubuhku.

"Ouh Ssakit" keluhku saat Pak Bobby yang berada di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat.
Kutengadahkan kepalaku kutatap wajah Pak Bobby aku memohon supaya dia melepaskanku.
"Tolonngg hentikann Pak, saya mohon lepaskan saya" ucapku mengharap belas kasihannya.

Tubuh bagian atasku sudah telanjang membuat kedua payudaraku terlihat menggantung. Mereka semakin bernafsu melihat aku yang sudah setengah telanjang. Apalagi saat ini tubuhku sedang ditelikung oleh Pak Bobby dari belakang hingga membuat buah dadaku semakin membusung.

Beberapa saat kemudian Pak Bobby tiba-tiba mengendorkan dekapannya pada tubuhku dan akhirnya dia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya Pak Bobby mau melepaskanku, aku sadar aku hampir tidak mungkin lolos dari desakan kedua laki-laki tersebut.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu aku langsung berlari secepatnya ke arah pintu, tapi lagi-lagi aku kalah cepat, Pak Burhan sudah menghadang di depanku dan langsung meninju perutku.
"Arghh Sshh Ouhh" aku mengeluh kesakitan.
Seketika itu juga aku langsung jatuh terduduk, nafasku tersengal sengal menahan sakit.

Belum hilang rasa sakitku mereka berdua langsung menyerbu ke arahku.
"Pegangi tangannya Han" seru Pak Bobby.
Sambil mendorong tubuhku sehingga aku jatuh terjengkang di atas lantai, seketika itu juga Pak Burhan sudah berada di atas kepalaku dan mencengkeram kedua tanganku. Sementara Pak Bobby berada di bawah tubuhku mendekap kedua kakiku yang berusaha menendangnya.

Dia sudah seperti kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stockingku dan mencabik-cabik rok yang kukenakan dan akhirnya dia merenggut dengan paksa celana dalamku.
"Lepasskann lepasskan, tolongg jangan perkosa saya" jeritanku makin keras.

Aku sudah tidak sanggup lagi menahan mereka yang semakin bernafsu untuk memperkosaku, air mataku makin deras, kupejamkan mataku, bulu kudukku langsung bergidik aku tidak sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan diperkosa oleh mereka.

"Jangann, Ahh Tolongg" aku menjerit histeris saat Pak Bobby melepaskan pakaiannya.
Aku sadar laki-laki ini sebentar lagi akan menggagahiku, seketika itu juga kurapatkan kedua kakiku. Sementara kedua tanganku masih tetap di dekap erat oleh Pak Burhan.

Tiba-tiba Pak Bobby berjongkok, dia langsung menarik kedua kakiku merenggangkannya dan kemudian memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal pahaku.
"Jangann..." keluhku lemah sambil bertahan untuk tetap merapatkan kedua kakiku tapi tenaga Pak Bobby jauh lebih kuat.

Aku terhenyak saat Pak Bobby mulai menindihku membuatku jadi sulit untuk bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya sementara perutnya menempel di atas perutku.
"Arghh Jangann, Sakiitt" rintihku sambil berusaha menggeser pinggulku ke kiri dan ke kanan saat kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku.

"Sakiitt" aku kembali mengerang
Kepala penisnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku bersamaan dengan tangan Pak Bobby bergerak menjambak rambutku sehingga kepalaku terdongak. Kemudian Pak Bobby dengan kasar melumat bibirku sambil terus menekankan tubuhnya ke arah selangkanganku.

Kurasakan sakit yang luar biasa di vaginaku saat batang penisnya terus melesak masuk ke dalam lubang kemaluanku.
"Ahh jangann, sssakiitt" aku kembali menjerit saat batang penisnya merobek selaput daraku.
Tubuhku melenting ke atas menahan sakit, kuangkat kakiku dan kutendang-tendangkan, aku berusaha menutup kedua kakiku, tapi tetap saja batang penis itu terbenam di dalam vaginaku.

Aku sungguh tersiksa, mataku membeliak dan seluruh tubuhku mengejang hebat. Kukatupkan mulutku gigiku bergemeretak menahan sakit dan ngilu nafasku seperti tercekat di tenggorokan dan tanpa sadar kucengkeram keras tangan Pak Burhan yang sedang memegang kedua tanganku.

Aku masih terus merintih dan menangis, aku terus berusaha menendang-nendangkan kedua kakiku saat Pak Bobby menarik batang penisnya sampai tinggal kepala penisnya saja yang berada di dalam Liang Vaginaku lalu menghunjamkannya kembali ke dalam liang rahimku.

Pak Bobby tidak peduli melihatku yang begitu kesakitan, dia terus memompaku dengan kasar hingga membuat tubuhku dan buah dadaku ikut terguncang turun naik mengikuti gerakan tubuhnya.
"Ahh Sshh lllepaskann" jeritanku melemah.

Kemudian Pak Bobby mendaratkan mulutnya di buah dadaku, mengulum dan menggigiti puting payudaraku, membuat aku kembali terpekik dan melenguh kesakitan. Kemudian mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku dan kembali melumat bibirku dan lidahnya menari-nari di dalam mulutku, sepertinya dia sangat puas karena telah berhasil menggagahi dan merenggut keperawananku.

Perlahan-lahan dia menghentikan gerakannya memompa tubuhku, melesakkan kemaluannya di dalam liang vaginaku dan menahannya di sana sambil tetap memelukku dengan erat. Setelah itu dia menjilati dan menyedot leherku dengan keras membuat aku melenguh kesakitan.

Cukup lama Pak Bobby menahan penisnya di dalam liang kemaluanku dan aku dapat merasakan kemaluannya berdenyut dengan keras, lalu dia kembali memompa diriku, memperkosaku pelan-pelan lalu cepat dan kasar, begitu berulang-ulang.

Aku meringis sambil memejamkan mataku, setiap hunjaman penisnya terasa sangat menyiksa seluruh tubuhku, sampai akhirnya kurasakan mulutnya makin keras menyedot leherku dan mulai menggigitnya. Aku menjerit kesakitan tapi tangannya malah menjambak rambutku.

Tubuhnya makin rapat menyatu dengan tubuhku, dadanya makin keras menghimpit buah dadaku sambil terus memompa tubuhku, kemaluannya bergerak makin cepat di dalam vaginaku kemudian dia merengkuh tubuhku dengan kuat sampai benar-benar menyatu dengan tubuhnya.

Aku sadar Pak Bobby akan berejakulasi di dalam tubuhku, mendadak aku jadi begitu panik dan ketakutan, aku tidak mau hamil karena pemerkosaan ini, pikiranku jadi begitu kalut saat kurasakan batang kemaluannya makin berdenyut-denyut tak terkendali di dalam liang rahimku.

"Jangann, jangan didalam dikeluarkannya. Lepasskan" jeritku histeris saat Pak Bobby menghentakkan penisnya beberapa kali sebelum akhirnya dia membenamkanya di dalam liang kemaluanku.

Seluruh tubuhnya menegang dan bersamaan dengan itu aku meraskan cairan hangat menyemprot dan membasahi liang rahimku. Pak Bobby telah orgasme menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku, membuat dinding vaginaku yang lecet makin terasa perih.

Aku meraung keras, tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku dan kukejangkan otot perutku berusaha mendorong cairan spermanya agar keluar dari liang vaginaku, sampai akhirnya aku menyerah. Bersamaan dengan itu tubuh Pak Bobby jatuh terbaring lemas di atas tubuhku setelah seluruh cairan spermanya mengisi dan membanjiri liang rahimku.

Mataku menatap kosong dan hampa menerawang langit-langit ruangan tersebut. Air mataku masih mengalir, pikiranku kacau, aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat setelah kejadian ini, kesucianku telah terenggut, kedua bajingan ini telah merenggut kegadisan dan masa depanku, tapi yang lebih menakutkanku bagaimana jika nanti aku hamil. Aku kembali terisak meratapi penderitaanku.

Rupanya penderitaanku belum berakhir. Pak Bobby bergerak bangun melepaskan himpitannya dari tubuhku, aku kembali merintih menahan perih saat batang kemaluannya tertarik keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat kepalaku, kulihat ada bercak darah bercampur dengan cairan putih di sekitar pangkal pahaku. Aku menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak Bobby yang sedang berjalan menjauhiku, dengan pandangan penuh dendam dan amarah.

Seluruh tubuhku terasa sangat lemah kucoba untuk bangun tapi Pak Burhan sudah berada di sampingku dia menggerakan tangannya menggulingkan tubuhku dan mulai menggumuli tubuhku yang menelungkup. Aku diam tak bergerak saat Pak Burhan menciumi seluruh punggungku.

Sesaat kemudian dia bergerak ke arah belakang tubuhku merengkuh pinggangku dan menariknya ke belakang. Aku terhenyak tubuhku terseret ke belakang lalu Pak Burhan mengangkat pinggulku ke atas membuat posisiku jadi setengah merangkak, kutopang tubuhku dengan kedua tangan dan lututku kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi seluruh wajahku.

Kepanikan kembali melandaku saat kurasakan batang penisnya bergesekan dengan bibir vaginaku.
"Linda Kamu memang cantik dan seksi" gumam Pak Burhan sambil meremasi pantatku sementara batang penisnya terus menggesek gesek di bibir vaginaku.
"Ahh sakiitt, sudahh ssudah, hentikann" jeritku menahan sakit saat kemaluannya mulai melesak masuk ke dalam liang vaginaku.

Kuangkat punggung dan kedua lututku menghindari hujaman batang penisnya, tapi Pak Burhan terus menahan tubuhku, memaksaku untuk tetap membungkuk. Seluruh otot di punggungku menegang tanganku mengepal keras, aku benar-benar tak kuasa menahan perih saat penisnya terus melesak masuk menggesek dinding vaginaku yang masih luka dan lecet akibat pemerkosaan pertama tadi.

Kugigit bibirku sendiri saat Pak Burhan mulai bergerak memompa tubuhku.
"Lepasskan, sudah hhentikaann" jeritku putus asa.
Nafasku kembali tersengal-sengal tapi Pak Burhan terus memompaku dengan kasar, sesekali tangannya merengkuh pinggulku menahan tubuhku yang berusaha merangkak menjauhi tubuhnya. Seluruh tubuhku kembali terguncang terombang-ambing oleh gerakannya yang sedang memompaku.

Tiba-tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku dan kulihat Pak Bobby berjongkok di depanku meraih daguku dan mengangkatnya. Pak Bobby tersenyum menatapku dengan wajah penuh kemenangan menatap buah dadaku yang menggantung dan meremasnya dengan kasar.

Pak Bobby mendekatkan wajahnya menyibakkan rambutku yang tergerai, sesaat kemudian mulutnya kembali melumat bibirku. Mataku terpejam, air mataku kembali meleleh saat mulutnya dengan rakus menciumi bibirku.

"Ahh" aku terpekik pelan saat Pak Burhan menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan kuat.
Batang penisnya terasa berdenyut keras di dalam kemaluanku lalu kurasakan cairan hangat kembali menyembur di dalam liang rahimku, aku menyerah aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan kubiarkan saja Pak Burhan mengisi liang kemaluanku dengan cairan spermanya.

Pak burhan masih sempat menghunjamkan kemaluannya beberapa kali lagi ke dalam liang vaginaku menghabiskan sisa-sisa ejakulasinya di dalam liang rahimku sebelum akhirnya dia menariknya keluar melewati bibir vaginaku yang semakin terasa perih. Sedetik kemudian satu kepalan tangan mendarat di wajahku Aku terlempar ke samping pandanganku berkunang-kunang lalu gelap, aku jatuh pingsan.

Saat siuman aku temukan foto-foto telanjangku berserakan di samping tubuhku dengan sebuah pesan "Pastikan Hanya Kita Bertiga yang Tahu".

Tamat

0 Response to "Cerita Dewasa: Diperkosa Teman Sekantor"

Posting Komentar